Gusnidawati,S.Pd.I

Profil Penulis Gusnidawati lahir 7Agustus 1977 di Pekan baru. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Biografi


Profil Penulis

Gusnidawati lahir 7Agustus 1977 di Pekan baru. Anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan awalnya di TK Bundo Kanduang kelurahan Napar. Payakumbuh Utara 1984. Menyelesaikan pendidikan tingkat dasar pada tahun 1990 di SD Impres 6/84 Batu Kajang yang sekarang menjadi UPTD Pendidikan SDN 06 Gunuang Malintang, SLTP di MTI Koto Panjang Lampasi tahun 1990, SLTA di MA Yapiguna Guguak tahun 1998, mengikuti pendidikan D2 tahun 2006 dan S.I di YPI STIT Payakumbuh tahun 2010.

Riwayat pekerjaan sebagai guru diawali dengan diangkat sebagai guru Podok pesantren as sa’diyah batu nan limo Simalanggang saat menjadi anak putus sekolah di kelas 2 SLTA dan tahun berikutnya setelah menyelesaikan pendidikan SLTA diagkat menjadi guru di Pondok Pesantren Bulaan Kamba Kubang Putih dan diangkat sebagai guru di SDN 06 Gunuang Malintang dari tahun 2004 sebagai PTT dan tahun 2008 diangkat sebagai CPNS, tahun 2010 diangkat sebagai PNS, dan 2015 menerima sertifikat Pendidik. Sampai sekarang masih aktif sebagai Guru PAI di UPTD SD N 06 Gunuang Malintang kecamatan Pangkalan Koto Baru kab. Lima Puluh kota prov. Sumbar

No HP yang bisa dihubungi 081266846141

Bolehkah ku ralat Sagu Sabu (satu guru satu buku)

menjadi

Sagu Ebu (satu guru empat buku)?

oleh Gusnidawati,S.Pd.I

Mengikuti kegiatan Kelas Menulis Sagu Sabu shago Bungsu 2 Lubuak Batingkok Kec. Harau Sabtu-Ahad 1-2 Februari 2020 ini bagiku merupakan suatu anugrah yang luar biasa.karena banyak halangan dan rintangan yang ku hadapi untuk bisa sampai dikelas ini. Setelah mengikuti kegiatan ini membuatku terasa memiliki energi yang yang sangat kuat untuk menggapai mimpi yang sebenarnya sudah sejak lama aku ingin menjadi seorang penulis. Banyak kisah yang ingin kutuangkan dalam tulisanku, baik kisah pribadi maupun orang-orang di sekitarku juga tentang gejolak jiwa yang seringkali mendera jiwa. Menguras energi karena perang antara sisi hati yang di kawal oleh malaikat dengan sisi hati yang lain yang dihasut oleh bisikan syaitan.

Sagu sabu bagiku terlalu sedikit, aku ingin menulis buku minimal empat buku. Jadi itulah sebabnya aku ingin ralat sagu sabu menjadi sagu ebu. Apakah ini terlalu berlebihan? Atau aku termasuk orang yang rakus ? Aku harap ini tidak dianggap berlebihan. Rakus dalam meraih prestasi kurasa tidak apa-apa bukan? Bahkan bila Allah swt. mengizinkan aku ingin menulis lebih banyak lagi. Mohon bantuan semua pihak agar aku bisa mewujudkan impian ini.

Apakah anda ingin tau halangan dan rintangan yang aku hadapi untuk bisa sampai di kelas ini? Semoga tulisan ku ini dapat menginspirasi pembaca bagaimana perjuangan seorang wanita dalam meraih impiannya. Ada beberapa pepatah Minang yang menjadi motivasinya dalam menjalani hidup ini diantaranya “Tak kayu janjang dikapiang, tak ameh bungkah diasah, tak ado rotan aka pun jadi, tatumbuak biduak dikelokkan tatumbuak aka dipikiri” pepatatah ini senada dengan pepatah “tak satu jalan keroma” artinya tidak mudah menyerah walau banyak rintangan yang dihadapi. Bila tak memungkinkan mendapatkan kondisi ideal, jangan patah semangat. Ketika satu pintu tertutup, yakinlah akan ada beberapa pintu lain yang akan terbuka, dibalik jalan mendaki akan ada jalan menurun. Bukankah Allah swt.telah menyatakan dalam Q.S al insyirah ayat 5-6 bahwa “maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.

Saat pertama kali aku melihat brosur kelas menulis yang dikirim teman di grup alumni STIT Payakumbuh bahwa kemenag kota Payakumbuh akan mengadakan kelas menulis jadwalnya hari Sabtu dan Minggu tanggal 8-9 Februari 2020. Hatiku sudah tergugah untuk ikut sera dalam acara tersebut. Beberapa hari kemudian grup KKG- MGMP PAI Lima puluh Kota juga mengirimkan brosur acara yang sama tapi tanggal 1-2 Februari 2020 bertempat Hotel Shago Bunsu 2 di Lubuak Batingkok. Keinginanku semakin menggebu untuk bisa ikut tapi kendala pertama yang ku hadapi adalah biaya yang harus ditransfer aku sedang tak punya. Padahal aku punya punya dua kartu ATM dan satu kartu ATM atas nama suamiku tapi ketiganya tak punya cukup saldo untuk dikirim ke panitia. Aku telah berusaha untuk pinjam dulu dari rekening beberapa orang teman, tapi semua sama saja tak bisa membantu. Hingga aku nekat untuk nelfon salah seorang panitia “Pak aku ingin ikut kegiatan kelas menulis tapi aku sedang tak punya dana untuk di tranfer” sebenarnya aku sangat malu mengatakan semua itu tapi keinginanku telah mengalahkan rasa malu itu. Untunglah bapak tersebut menaruh rasa peduli hingga memberikan jaminan untuk aku bisa ikut sebagai peserta. Katanya “tolong kirimkan nama lengkap dan email melalui WA”. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut tapi kesulitan berikutnya datang yaitu aku hanya punya paket nelfon tapi tak punya paket data untuk mengaktifkan WA. Padahal biasanya aku tukang jual pulsa. Tapi kini untuk sekedar mengirim data pendaftaran peserta aku tak bisa.

Hari jumat 24 Januari 2020 anakku yang sekolah di SMA Payakumbuh pulang, maka kubujuk dia untuk meminjamkan tabungannya agar aku bisa mengirim biaya pendaftaran kelas menulis tersebut. Hari Senin 27 Januari anakku telah melakukan proses transfer karena jarak dari rumah ke ATM terdekat adalah sekitar 20 km, tapi sayang proses trasfer selalu gagal karena ternyata dia lupa pin dan catatnya ketinggalan di rumah.. sore harinya kucoba lagi dan kucoba lagi dengan membawa catatan pinnya tapi ternyata kartu ATM nya tak bisa digunakan lagi. Aku hampir saja putus asa untuk ikut kelas menulis ini hingga aku menanyakan pada kepala sekolahku “apa bapak mengizinkan ku untuk ikut pelatihan ini? Walaupun sudah sejak awal aku dapat informasi tentang kelas menulis ini aku mohon izin dan beliau mengizinkan. Tapi aku sengaja bertanya lagi agar bila sekarang beliau menjawab tidak diizinkan maka itu akan aku jadikan alasan yang kuat agar sebaiknya aku meyerah saja untuk tidak ikut kegiatan ini. Tapi ternyata beliau dan teman-teman di sekolah ikut mendukung sacara moril meski tak bisa membantu secara materi. Hal itu cukup meneguhkan hatiku untuk terus berusaha. Esok harinya terpaksa aku bela-belain untuk ke Bank melapor dan memperbaiki kartu ATM yang tidak dapat berfungsi tersebut. Tapi sebelum sampai pada petugas Bank pak satpam menyarankan “coba aja lagi buk, biasanya masalah seperti itu dihari berikutnya bisa dipakai lagi asal pin sudah benar, tapi kalau pinnya sudah terblokir secara permanen baru harus lapor pada petugas bank”. Setelah mencoba lagi Alhamdulilah ternyata saran pak satpan benar juga. Tranfer untuk biaya pendaftaran berhasil tinggal kirim bukti tranfernya maka aku minta agar anakku berbagi data internet lewat hospot dari hp nya. alhamdulillah berhasil.

Tantangan berikutnya adalah dengan siapa aku akan berangkat dan dengan apa? Setelah sekian banyak teman yang ku ajak untuk ikut acara tersebut tapi tak satupun yang bersedia dengan beberapa alasan seperti tak cukup uang untuk mendaftar, tak punya waktu karena kesibukan, dan ada juga dengan alasan belum butuh sekarang kan saya baru golongan IIIa jadi untuk naik pangkat cukup dengan laporan PD saja (Pengembangan Diri ) saja. Wal hasil aku tak punya teman untuk pergi bersama. Kemudian dengan apa aku berangkat? Sebenarnya ada alat transportasi umum yang selalu ada dengan rute kapur IX-Payakumbuh tapi, rumahku berada agak di pedalamam sekitar 5 km dari jalan lintas dan dari tanjung pati ke lokasi Shago Bungsu 2 juga cukup jauh dan tidah tersedia rute kendaraan umum. Sepertinya aku tak punya pilihan lain selain nekat naik sepeda motor sendiri dengan jarak tempuh lebih dari seribu kilometer.dengan cuaca yang musim penghujan dan jalan yang dilewat rawan lonsor. Untuk ukuran seorang perempuan tindakan ku itu dianggap nekad oleh orang-orang disekitarku.Tapi apa boleh buat, bila tak nekat seperti ini tentu aku takkan pernah dapat kesempatan.

Ba’da subuh ku sempatkan sedikit sarapan lalu berangkat disuasana pagi yang masih remang-remang. Kuteguhkan hati sambil berdo’a “ ya Allah, engkau maha mengetahui apa yang aku nyatakan dan apa yang aku rahasiakan, engkau tahu perjalananku ini adalah untuk menuntut ilmu maka ridhailah dan mudahkanlah perjalanan ini dan jauhkanlah dari segala rintangan lindungilah dari segala mara bahaya, engkaulah temanku dalam perjalanan, engkaulah pelindungku maka perkenankanlah do’aku aamiin”.

Hujan yang turun diperjalanan tak kuhiraukan dengan persiapan mantel terus ku tembus jalan yang berliku, berlubang dan licin juga ancaman tanah longsor di kiri dan kanan jalan. Tekad ku harus sampai sebelum acara pembukaan alhamdulillah pukul 08.30 aku sampai di Shago Bungsu 2. Mengikuti kegiatan yang dipandu oleh Mbak Wiwik Puspita Sari membuatku sangat termotivasi untuk menjadi penulis. Semoga aku bisa mewujudkan minimal empat buku dapat kuselesaikan sampai dicetak dan laris di pasaran. Semoga ini menjadi salah satu ladang amal bagiku meski nanti aku sudah tutup usia tapi karya ku semoga tetap hidup sampai akhir zaman. Semoga hasil karya ku nanti dapat bermanfaat bagi pembaca untuk memotivasi dalam menjalani hidup ini.

search

New Post